Sabtu, 30 Juli 2011

Mengenangmu



Mengenangmu
(lanjutan dari : Aulia, Cinta usah di mengerti)

Lelah jiwa mengejar impian yang kian menjauh, membuat raga ini semakin terperosok dalam kehampaan tiada tepi. Ratap tangisan nurani tak lagi mampu memalingkanku dari kebiasaan membohongi kata hati. Disiini fatamorgana seakan nyata.

Mengenangmu sungguh memilukan hati. Merasakan kesederhanaan hidup melalui jalanan yang menuntunku mengarungi cakrawala dunia lain. Disana, dimana tetesan air mata adalah jerih paya setiap ritual yang kerap menyadarkan sisi lain keakuanku. 

Sejenak melupakan kisahmu disana tuk meluapkan hasrat memanjakan hatiku disini. Setajam mata elang, disini aku bebas menatap berpasang-pasang mata yang buas dan haus akan keindahan belum waktunya. Sesuci mata malaikat, disana engkau terbiasa menunundukan pandangan dan menjauhkan diri dari mereka yang kerap memuja aksesoris titipanNya.
Hingga tiba saat saat penantianku. 

Memandangmu adalah anugrah. Senyum tulus begitu menggoda, tutur sapa berhsahaja, indah hari-hariku saat bersama, mengapa perasaan bersalah kepadanya selalu muncul di setiap perjumpaan itu, kala pancaran kharisma merasuk sanubariku.